Contoh Naskah Drama Tentang Ibu

Naskah Drama Tentang Ibu - Membahas tentang ibu, pasti kita juga akan teringat dengan sosok penuh kasih sayang dan perhatian. Tapi, tak sedikit pula ibu yang tega membuat anaknya menderita seperti membuang, menganiaya, bahkan membunuhnya. Meski demikian, sejatinya ibu tetaplah ibu. Yang memiliki ikatan darah dengan anaknya. Contoh naskah drama di bawah ini semoga dapat memberikan pelajaran, baik bagi ibu, maupun untuk si anak.

Tema: Ibu

Judul: Varadita

Pemeran: 

  1. Vara
  2. Bagas
  3. Ibu Dira
  4. Pak Rudi

SINOPSIS DRAMA

Selama lebih dari 17 tahun, sejak kelahirannya, Vara belum pernah bertemu dengan ayah dan ibunya. Dua belas tahun ini ia dirawat di panti asuhan ‘Kasih Bunda’. Di ulang tahunnya yang ke-17 ia memutuskan untuk mencari keberadaan ibunya. Ditemani Bagas, teman baiknya, juga karena restu pihak panti, Vara pun berangkat. Setelah perjuangan panjang, apakah akhirnya Vara menemukan orang tuanya?

DIALOG NASKAH DRAMA

Suasana panti lebih meriah hari ini. Meski sangat sederhana, ibu panti menyelenggarakan acara syukuran atas ulang tahun Vara yang ke-17. Para penghuni panti ikut merasakan kebahagiaan.
Ibu panti : “Vara, sebelum meniup lilin, buatlah sebuah permintaan.”

Vara langsung menatap ibu panti dan diam sejenak, lalu berbisik pada ibu panti.

Vara : “Bun, aku ingin bertemu dengan orang tua kandungku.”

Pandangan Ibu panti berubah. Memang sudah saatnya, anak berusia 17 tahun di sini perlu tahu siapa orang tuanya.

Ibu panti : “Kita bicarakan nanti setelah acara selesai.”

Acara pun dilanjutkan hingga potong tumpeng. Ketika para penghuni panti sibuk makan, Vara meraih tangan ibu panti dan menariknya ke ruang tengah.

Vara : “Kumohon izinkan aku Bun, aku janji aku tidak akan melupakan Bunda dan semua penghuni panti ini.”
Ibu panti : “Vara, dengarkan dulu penjelasan bunda. Bunda tahu, kau sangat tidak sabar untuk bertemu orang tuamu. Tapi Bunda mohon, jangan putus asa jika memang kau tidak menemukannya. Bunda sedang tidak menakut-nakutimu. Hanya saja, Bunda tidak mau jika harapanmu bertemu orang tuamu dikalahkan rasa sedih karena kau tidak berhasil menemukannya.”
Vara : “Jadi Bunda mengizinkannya?”
Melihat ibu panti mengangguk, Vara langsung memeluk erat.

Ibu panti : “Biar kau ditemani Bagas untuk menemukannya.”
Vara : “Siap!”
Ibu panti : “Apa kau punya petunjuk untuk menemukan mereka?”

Vara menggeleng cepat.

Ibu panti kemudian masuk ke dalam kamar dan mengambil sesuatu untuk diberikan pada Vara.

Ibu panti : “Ini sebuah kalung emas kusam, kain pembungkus waktu kamu masih bayi, dan sebuah nota toko mesin. Semoga ini bisa menjadi petunjuk.”

Keesokan paginya, Vara tidak menyia-nyiakan waktu. Bersama bagas dan berbekal motor pinjaman panti, ia segera meluncur untuk mencari orang tuanya.
Bagas : “Kita kemana dulu?”
Vara : “Menurutmu kita kemana? Aku punya petunjuk sebuah kalung emas kusam, kain pembungkus waktu aku bayi, sama nota toko mesin.”
Bagas : “Kita ke toko mesin. Sebuatkan nama tokonya!”
Vara : “Toko Mesin Perkasa.”
Bagas : “Aku tahu tempat itu.”

Keduanya segera mendatangi toko mesin yang dimaksud. Tidak begitu jauh, hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Toko mesin itu besar dan ramai. Begitu banyak barang yang dijual, sehingga nampak penuh dari luar. Bagas dan Vara segera keluar dan menanyakan nama yang tertulis di nota tersebut.

Vara : “Permisi Ko, Koko kenal nama pemilik nota ini? Sepertinya ini nota bukti pembelian di toko ini 17 tahun lalu.”
Koko : “Waduh Neng, kalau lama gitu ya Koko sudah lupa.”
Vara : “Ingat-ingat lagi deh Ko.”
Koko : “Sini coba Koko lihat notanya. Rudi. Yang dibeli, 10 gergajimesin, 3 unit pengaduk semen, dan 25 bor listrik.”

Koko penjual toko terlihat berpikir sebentar.

Koko : “Ah ingat. Saya kenal sama orang ini. Karena ia biasa ambil 3 jenis mesin ini dalam jumlah banyak di tempat ini.”
Bagas : “Koko ada nomor teleponnya?”
Koko : “Sebentar, koko cari dulu.”

Koko mengambil buku daftar nomor telepon di rak mejanya. Lalu memberikan sebuah nomor telepon pada Vara.

Vara langsung mencoba menelponnya.

Vara : “Halo...”
Staf : “Selamat pagi, ada yang bisa kami bantu?”
Vara : “Apakah ini benar dengan bapak Rudi?”
Staf : “Bukan, ini dengan stafnya, ada yang bisa kami sampaikan?”
Vara : “Oh stafnya. Saya bisa minta nomor Pak Rudi?”
Staf : “Mohon maaf, ini dengan siapa? Nanti saya sampaikan pesannya.”
Vara : “Vara, Varadita. Sampaikan, saya ingin bertemu dengan beliau hari ini.”
Staf : “Baik. Nanti saya sampaikan.”
Vara : “Mohon maaf sebelumnya Mbak, ini toko apa ya?”
Staf : “Ini perusahaan konstruksi.”
Vara : “Namanya?”
Staf : “PT. Bina Bangunan.”
Vara : “Oke makasih Mbak.”

Buru-buru Bagas mencari keberadaan perusahaan tersebut di google map. Setelah memastikan, mereka langsung tancap gas. Butuh waktu 2 jam untuk sampai di sana. Karena berada di pusat kota.

Sesampainya di perusahaan tersebut, keduanya disuruh untuk menunggu di ruang tunggu, karena nama yang mereka cari sedang menghadiri meeting. Tidak lebih dari satu jam, orang yang ditunggu akhirnya datang. Laki-laki setengah baya, keluar dengan jas abu-abu tua, nampak rapi.

Pak Rudi : “Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu dek? Sepertinya genting sekali.”

Vara dan Bagas bertatap muka.

Vara : “Begini pak, saya ke sini berdasarkan informasi dari pemilik toko mesin ini, bahwa bapak membeli mesin-mesin ini. Nota ini berusia sekitar 17 tahun.”

Pak Rudi memiringkan kepalanya, pertanda tak mengerti. Kemudian mengambil nota tersebut dan membacanya pelan-pelan.

Vara : “Nota ini disertakan dalam keranjang bayi, 17 tahun lalu.”
Pak Rudi : “Tunggu, maksud kamu nota ini milik saya, dan kamu bertanya apakah saya meletakkan nota ini di samping keranjang bayi?”

Vara mengangguk. Tapi Pak Rudi menggeleng.
Vara : “Di belakang nota ada pesan pak, coba Anda baca.”
Pak Rudi : “Berilah nama Varadita.”
Vara : “Saya Varadita pak.”

Pak Rudi menatap Vara lekat, lalu menggeleng pelan.

Pak Rudi : “Tapi saya tidak pernah menulis pesan di nota, apalagi meletakkan di samping bayi.”

Vara mengeluarkan kalung emas kusam dan kain batik berwarna cokelat tua dari dalam tas Bagas.

Vara : “Apakah bapak mengenal orang yang mengenakan barang-barang ini?”

Pak Rudi langsung mengenali kalung dan kain itu begitu Vara menunjukkannya. Ia kaget bukan kepalang, karena itu milik istrinya. Ia sangat ingat itu milik istrinya.

Pak Rudi lantas langsugn membawa mereka pulang ke rumahnya dan mengonfirmasikan itu pada istrinya, Ibu Dira.

Ibu Dira menatap Vara penuh iba.
Ibu Dira : “Namamu Vara?”

Melihat Vara mengangguk, Ibu Dira langsung memeluknya erat. Lalu menatap suaminya.

Ibu Dira : “Pa, ini Vara, anak yang pernah ibu titipkan di panti asuhan 17 tahun lalu.”

Pak Rudi langsung bereaksi sama dengan istrinya. Memeluk Vara dengan pelukan hangat.

Pak Rudi : “Maafkan kita Nak, dulu kita tidak sekaya ini. Jadi kita berdua terpaksa menitipkan kamu di panti asuhan. Maafkan papa dan mama.”

Tangisan Vara meleleh.
Vara : “Kenapa kalian tidak pernah menjengukku?”
Ibu Dira : “Maafkan kami Nak. Kami khilaf. Kami berjanji akan merawatmu mulai sekarang. Kau baik-baik saja kan? Kamu tidak sakit kan?”

Vara menggeleng pelan, lalu menangis lagi. Tangisan syukur.

Baca juga teks drama berikut:




Itulah contoh naskah drama tentang ibu untuk 4 orang, semoga dapat memberikan materi pembelajaran berarti bagi Anda.

0 Response to "Contoh Naskah Drama Tentang Ibu"

Posting Komentar