Contoh Naskah Drama Tentang Kehidupan 9 Orang Pemeran

Naskah Drama Tentang Kehidupan 9 Orang Pemeran - Apa yang kita tanam adalah apa yang akan kita hasilkan. Pencarian rizki yang melenceng dari yang seharusnya juga hanya akan menghasilkan yang tidak barokah, bahkan merugikan orang lain. Banyaknya kebutuhan dan kurangnya lapangan pekerjaan membuat sebagian orang memilih menipu orang lain untuk mendapatkan uang. Alhasil, pada akhirnya tidak ada yang didapatkan kecuali penyesalan.

Tema: Kehidupan
Judul: Menyukuri Hidup Part 2
Pemeran:

1. Ujang
2. Ipah
3. Julia
4. Rohani
5. Romli
6. Bibah
7. Dadang
8. Ustadzah Shafiya
9. Warga

SINOPSIS DRAMA
Dalam naskah drama sebelumnya, pada judul ‘Menyukuri Hidup Part 1’ keluarga Ujang yang mula-mula hidup sederhana mendadak menjadi orang kaya. Akan tetapi, dikabarkan mereka banyak melakukan penipuan. Akibatnya, banyak penduduk yang marah dan melabrak Ujang sekeluarga. Tak ketinggalan si Romli, anak Pak Rohani yang bekerja di rumah Ujang terkena imbasnya.

NASKAH DRAMA
Dadang yang sudah terlanjur marah sama sekali tak menghiraukan alasan Romli.
Dadang : “Namun kau tetap harus tanggung jawab.”
Romli : “Enak saja saya yang bertanggung jawab. Kita berdua sama-sama ditipu.”
Bibah : Udah janganlah ribut. Nanti semua orang tau.”
Dadang : Biar saja, semua orang tahu. Semua orang yang tertipu saat ini ini sedang menyerbu ke rumah si Ujang rame – rame. Tak hanya melacak keluarga Ujang juga pastinya melacak kau, Romli.”
Rohani : “Kalau begitu kita segera ke sana!”
Lia : “Jangan pak. Nanti bagaimana dengan nasib Romli. Bisa-bisa dipukuli dan dikeroyok massa.”

Rohani : “Mustahil penduduk mengamuk serta main hakim sendiri. Kita punya hukum dan keadilan yang harus ditegakkan. Baiknya kau mesti terangkan pada seluruh orang. Dadang! Kau mesti membuat perlindungan Romli. Biar Dadang menghubungi tokoh penduduk serta aparat keamanan.”
Dadang : “Baik. kami segera ke sana. Permisi Bu Lia.”
Rohani : “Bu, kami pergi dulu. Do’akan semua masalah ini bisa diselesaikan! Assalaamu ‘alaikum.”
Lia : “Walaikum salaam. Hati – hati anakku. Semoga Allah melindungi kalian.”

Pak Rohani beserta Romli dan Dadang beranjak ke rumah Ujang.

Sementara itu, di depan rumah Ujang, situasi sudah memanas. Penduduk yang tertipu ulah si Ujang memberontak ingin menuntut pertanggungjawabannya. Dimulai dengan demo massa. Mereka beramai-ramai menuju ke rumah si Ujang.
Orang 1 : “Hey ... Jang...Ujang keluar lu . Kami nuntut janji lu. Lu harus bertanggung jawab. Lu penipu... Ipah … Cepat keluar... lu! Lu juga pembohong besar...!”
Orang 2 : “Kekayaan kalian bukan hanya hasil keringat yang suci. Ujang! Kau menggelapkan duit perusahaan. Ipah … si pembual yang menipu duit arisan ibu – ibu cepat kembalikan. Julia! kau juga wanita pelacur. Kuliahmu cuma kedok.”
Orang 3 : “Ujang … keluar...! Kami semua menunggu di depan rumahmu. Rumah hasil penipuan, penduduk! kita leburkan saja rumahnya. Rumah yang penuh dosa.”
Orang 4 : “Baiknya kita bakar aja. Tak perlu banyak omong. Ayo bakar... bakar !!!”
Penduduk : “Bakar.... Bakar...... Bakar.....!!!”

Dadang datang dengan Romli dan Pak Rohani.
Dadang : “Hentikan … hentikan … Tunggu sebentar … Jangan main hakim sendiri …”
Orang 4 : “Lu kaga usah ikut campur ! Lu Rahmat… Lu juga mesti bertanggung jawab …”
Orang 3 : “Kau tidak pantas hidup … Ayo bunuh Romli sekalian … ayo …!!!”
Rohani : “Hentikan semuanya … sabar … sabar … Jangan main hakim sendiri. Itu tidak benar. Terlebih main keroyokan. Kita sebagai penduduk. Sebagai rakyat kecil harus punya nurani yang bersih. Jangan layaknya wakil rakyat bagian dewan yang saling berantem, saling tuding tak ada habisnya. Bicara untuk keperluan rakyat namun menindas rakyat untuk keperluan pribadi.”
Romli : “Saudara – saudara … Masalah ini harus diselesaikan dengan kepala dingin serta hati yang bersih. Sebaiknya kita bicara baik - baik. Saya yang bertanggung jawab walau ini semua bukan hanya kekeliruan saya. Namun kita semua tertipu oleh ulah si Ujang. Mari kita berkumpul di balai desa. Mari semuanya …”

Seluruh penduduk pergi bersama Dadang dan Romli.

Rohani : “Ujang …  keluarlah … Jangan takut … Semua orang udah pergi … Cuma ada saya, Rohani ama Ustadzah Shafiya.”
Ustadzah Shafiya : “Saya amat mengerti keluarga Anda dan saya juga sangat mengerti tekad penduduk yang kalian kecewakan. Saat ini baiknya ceritakan. Mengapa semua ini bisa terjadi?”

Muncullah Ujang dan keluarganya.
Ujang : “Bu Ustadzah … Saya memanglah bukan pejabat … Namun dengan seenaknya ngembat duit rakyat … dengan tipu muslihat … Seluruh ini berawal dari istri Aye yang banyak menuntut. Saya kaya kaya gini karena menggunakan kemampuan sihir dan pertolongan dukun dengan kata lain pesugihan. Lantas saya mulai memakai kepintaranku untuk menipu semua orang.”
Ipah : “Benar apa yang dikatakan suamiku. Masalahnya situasi ekonomi keluargaku yang miskin. anak kami senang dipengaruhi kekayaan temannya. Terlebih iklan televisi itu yang kurang mendidik anak-anak.”
Ustadzah Shafiya         : “Masya allah … Anda sungguh dimurkai Allah. Perbuatan itu amat dibenci oleh allah. Semestinya Anda melindungi keluargamu dari api neraka. Harta dan jabatan cuma sesaat didunia ini. Namun amalan dapat membawamu di akherat kelak. Biarpun kita miskin tapi kaya iman. Itu tambah baik dikarenakan sebagai bekal kelak di akherat. Allah swt berikan keturunan anak padamu sebagai titipan.”
Ujang : “Iya ustadzah, saya mengerti. Saya menyesal melakukan ini. Lalu apa yang bisa saya lakukan? Para penduduk sudah kepalang marah-marah. Saya takut dihakimi.”
Rohani : “Lebih baik, kau segera menyerahkan diri kepada yang berwajib sebelum para penduduk main hakim sendiri.”
Ustadzah Shafiya : “Kalian sekeluarga juga harus meminta maaf kepada seluruh warga yang sudah kalian tipu.”
Ujang : “Saya mengerti Pak Rohani. Saya juga mengerti Ustadzah. Terimakasih atas bantuan kalian. Saya akan segera menyerhakan diri ke polisi.”

Pernyataan Ujang disetujui istri dan anaknya. Mereka memilih menyerahkan diri ke polisi daripada harus diamuk massa.

Tak lama kemudian penduduk datang bersama beberapa Polisi dan langsung membekuk Ujang.

Rohani : “Ujang... Kau telah mengerti bagaimana semestinya manusia itu berlaku pada sesamanya. Terlebih keluargamu kaum muslim. Sepatutnya lebih bertaqwa pada Allah SWT sebagai Sang Pencipta kita. Serta Nabi Muhammad sebagai Rasulullah SAW pantas kita teladani di dalam kehidupan sehari-hari.”
Ujang : “Atas nama keluarga, saya mohon maaf kepada seluruh warga, dan kami akan segera bertaubat serta pastinya menyelesaikan masalah ini melalui jalur hukum. Kami sekeluarga menyerahkan diri pada pihak yang berwajib.”

Akhirnya, Ujang sekeluargapun bertobat mengakui semua kesalahannya dan mereka menyerahkan diri ke pihak yang berwajib.

0 Response to "Contoh Naskah Drama Tentang Kehidupan 9 Orang Pemeran"

Posting Komentar