Contoh Naskah Drama Untuk 2 Orang

Naskah Drama Tentang Kehidupan - Tidak semua hal dapat dijawab dengan mudah. Sekalipun kita sudah berpendidikan tinggi. Ada saja pertanyaan yang tidak ditemukan dalam soal-soal ulangan, ataupun materi pelajaran. Yakni pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan. Berikut ini contoh naskah drama tentang kehidupan, semoga bisa menjadi inspirasi.

Tema: Kehidupan
Judul:Aku Punya Pertanyaan Sederhana
Pemeran: 2 Orang
Penokohan:

  1. Lili
  2. Dimas


SINOPSIS DRAMA


Pertama kali datang ke kampung neneknya untuk liburan, ketika ia kecil, ia sudah mengenal Lili. Gadis desa yang kerap diajak main dengannya. Lili adalah gadis tunanetra, tapi selalu punya pertanyaan-pertanyaan kecil yang bagi Dimas sangat menggelitik. Meskipun demikian, Dimas juga selalu berusaha menjawab pertanyaan gadis itu. Sampai Lili menanyakan pertanyaan yang amat sederhana, namun sangat sulit dijawab Dimas.

Teks Naskah Drama


Dimas duduk termenung dari balik jendela kelasnya. Hari ini ia kuliah filsafat umum, tapi untuk tetap konsetrasi pada materi, Dimas tidak bisa. Ia teringat Lili, gadis desa yang tak begitu cantik, tapi selalu menarik perhatiannya. Ia ingat pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Lili ketika mereka kecil.

Saat itu, mereka sedang bermain pasir di depan rumah nenek Dimas.

Lili : “Dimas, jawab pertanyaanku. Jika kau bisa menjawab, aku akan menghadiahkan sebuah kue super lezat.”

Dimas langsung antusias.

Dimas : “Oke, tanyakan apa saja.”
Lili : “Apa yang paling disukai Nobita dalam kartun Doraemon?”

Dimas terlihat berpikir sebentar.

Dimas : “Nilai bagus. Nobita sangat mendambakan nilai bagus.”
Lili : “Ya ampun Dim, Nobita bahkan tidak pernah mendapatkannya.”
Dimas : “Oh iyayaa... lalu apa? Hmmm... aku tahu. Shizuka, Nobita sangat suka Shizuka.”
Lili : “Aduh Dimas, aku kan menanyakan ‘apa’ bukan ‘siapa’.
Dimas : “Aku nggak tahu.”
Lili : “Kantong Doraemon lah. Kau ini payah. Tapi baiklah, aku akan tetap memberikan kue super lezat. Tunggu sebentar.”

Lili kemudian membuat mainan kue dari pasir. Sementara itu Dimas hanya menunggu dengan ketidakantusiasan, karena baru sadar ternyata kue super lezat itu tidak bisa dimakan.
Dimas juga ingat, pertanyaan-pertanyaan yang ia terima pada beberapa tahun lalu, saat terakhir ia bertemu dengan gadis itu. Yaitu ketika Dimas masih SMA.

Lili : “Dim, siapa tokoh dunia yang paling kamu kagumi?”
Dimas : “Albert Enstein.”
Lili : “Apa yang membuatmu tertarik darinya?”
Dimas : “Sebuah kata mutiara, ‘imajinasi lebih penting dari pengetahuan’.”

Lili mengangguk mengerti.

Dimas : “Lalu, siapa tokoh dunia yang paling kamu kagumi?”

Lili tersenyum lebar.

Dimas : “Apa yang lucu?”
Lili : “Haha sebenarnya aku tidak tahu tokoh dunia. Yang kukenal hebat di dunia ini hanya bunda.”

Kali ini Dimas yang tersenyum, merasa membenarkan Lili.

Lili : “Setelah lulus SMA, apa kau akan melanjutkan kuliah Dim?”
Dimas : “Iya, orang tuaku menginginkannya.”
Lili : “Orang tua? Lalu kau sendiri?”
Dimas : “Aku tidak tertarik. Aku ingin bekerja saja di tempat papaku.”
Lili : “Kenapa? Selagi kamu punya kesempatan, manfaatkan dengan baik.”
Dimas : “Menurutmu begitu?”
Lili : “Tentu saja Dim. Lagipula apa mau perusahaan papamu menerimamu yang lulusan SMA? Apa kau mau jadi OB?”

Lili tertawa lebar, sampai giginya terlihat. Ia tidak menyadari jika Dimas memperhatikannya lekat.

Dimas : “Oke oke, aku akan kuliah. Oiya, aku kuliah juga bukan hanya untuk bekalku bekerja, aku akan belajar banyak hal untuk menjawab semua pertanyaan-pertanyaanmu.”
Lili : “Benarkah?”

Wajah Lili berubah serius.

Dimas : “Ya, aku janji.”
Lili : “Ada satu pertanyaan yang sangat ingin aku tanyakan padamu sejak kecil.”
Dimas : “Apa itu?”
Lili : “Aku akan menanyakannya jika kamu lulus nanti. Jadi kau harus lulus tepat waktu.”
Dimas : “Aku akan berusaha.”

Aku akan berusaha. Ujar Dimas menggumam ketika dosen filsafat sudah keluar pintu kelas.
Dimas : “Aku akan datang lagi, dan menjawab semua pertanyaanmu.”

1 tahun kemudian, Dimas menepati janjinya untuk lulus tepat waktu. Ia akan segera datang ke rumah neneknya lagi dan siap-siap untuk menjawab semua pertanyaan Lili.

Waktu itupun tiba. Sudah lebih dari 4 tahun, Dimas tak menemui Lili. Karena mereka telah berjanji untuk tidak bertemu sebelum Dimas selesai kuliah. Sekarang ia ingin mendatangi rumah Lili. Dimas mengetuk pintu rumah Lili yang sama sekali tidak ada perubahan. Amat sederhana dan tua karena peninggalan dari rumah nenek Lili.

Nampaklah gadis berambut panjang dengan wajah amat segar dan berseri. Meskipun tidak lebih cantik dibanding teman-teman kuliahnya, tapi bagi Dimas Lili memiliki wajah yang amat menarik. Dan sekarang, Lili benar-benar terlihat cantik setelah gadis itu tumbuh besar.

Lili : “Hai, kau benar-benar Dimas?”

Lili mengulurkan tangannya hendak meraba wajah Dimas. Tapi ia mengurungkannya.

Dimas : “Iya, aku menepati janjiku.”

Lili lalu dengan cepat keluar pintu rumah.
Lili : “Ikuti aku.”

Dimas mengekor di belakang Lili. Ternyata Lili ingin mereka mengobrol di teras rumahnya. Setelah berbasa-basi saling menanyakan kabar, akhirnya sampai pada percakapan inti.

Dimas : “Jadi, apa pertanyaan yang harus kujawab sejak 4 tahun lalu?”
Lili : “Tunggu dulu, ceritakan dulu pengalaman-pengalaman kuliahmu.”

Dimas menghela napas sebentar.
Dimas : “Hahaha kau ini membuatku penasaran. Aku harus mulai darimana?”
Lili : “Oke begini saja, bagaimana suasana kampus?”
Dimas : “Hmm stadar sih. Ada gedung kampus, kelas, ruang perpustakaan, aneka laboratorium, lapangan basket, lapangan sepak bola, taman, masjid. Ya. Hanya itu mungkin.”
Lili : “Terus terus? Apalagi? Ceritakan teman-teman dan materi kuliahmu.”
Dimas : “Ada banyak sekali teman yang berasal dari luar kota. Punya beraneka kebiasaan dan budaya serta bahasa masing-masing. Aku sendiri satu kos sama anak dari Madura. Kalau materi, banyak banget. Kalau aku ceritain bakal jadi 4 tahun lah.”
Lili : “Haha... oke oke, kalau begitu ceritakan materi yang paling kamu kuasai.”
Dimas : “Apa ya... Aku rasa aku tidak menguasai materi apapun.”
Lili : “Ayolah Dim, aku hanya ingin beberapa ilmu yang kamu punya. Setidaknya bagilah sedikit.”
Dimas : “Oke oke... karena aku berada di jurusan ilmu komunikasi, jadi aku akan menjelaskan kamu salah satu teori komunikasi. Namanya Teori Kebohongan. Misalnya begini, kamu pagi pergi ke perpustakaan, lalu siang kamu pergi berkencan. Ketika pulang ke rumah, papa kamu tanya, kamu dari mana? Lalu kamu menjawab, kamu dari perpustakaan. Kamu tidak bilang jika kamu juga pergi berkencan. Ini disebut teori kebohongan.”

Lili manggut-manggut mengerti.
Lili : “Oh, ada gitu teori kebohongan. Haha.”
Dimas : “Oke, sekarang apa pertanyaanmu?”
Lili : “Sebenarnya, kau bukan orang pertama yang menerima pertanyaan ini darimu. Dulu, aku juga menanyakan pada almarhumah nenek dan almarhumah ibuku, lalu pada papaku juga. Tapi satu dari mereka tidak ada yang bisa menjawab. Aku merasa wajar aja sih, karena mereka semua tidak berpendidikan tinggi.”
Lili menunduk lemas. Sementara itu, Dimas sangat penasaran, sebenarnya apa pertanyaan yang sangat sulit dijawab itu.

Lili : “Sejak dulu, aku ingin tahu, warna merah itu seperti apa?”

Dimas seolah berhenti bernapas. Pertanyaan macam apa itu? Pikirnya. Sangat mudah dijawab jika saja Lili tidak tunanetra. Lalu bagaimana ia harus menjelaskannya?

Lili : “Hanya warna hitam dan putih yang bisa kulihat dari mataku. Aku tidak pernah tahu, merah itu seperti apa.”

Dimas masih diam tak menjawab.

Lili : “Dim?”
Dimas : “Hmm maafkan aku Li, sepertinya pendidikanku juga tidak berguna. Aku juga tidak bisa menjawab pertanyaanmu yang sebenarnya amat sederhana.”
Lili : “Aku mengerti. Tapi jangan menyesal kuliah, setidaknya kau tidak akan menjadi OB di perusahaan papamu. Hahaha.”

Dimas tertunduk lesu. Sesekali ia memandangi wajah Lili. Ada begitu banyak penyesalan yang menyerbu hatinya. Bisa-bisanya ia tidak sadar, bahwa selalu ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh pendidikan setinggi apapun.

Itulah contoh teks drama singkat untuk 2 orang pemeran. Semoga bisa memberikan materi bimbingan kepada Anda.

0 Response to "Contoh Naskah Drama Untuk 2 Orang"

Posting Komentar