Contoh Naskah Drama Tentang Kehidupan

Naskah Drama Tentang Kehidupan - Banyak hal yang dapat dipetik dalam kehidupan ini. Kita tidak boleh menilai kehidupan seseorang dari satu sisi saja. Karena sudah pasti ia memiliki sisi lain yang tidak kita tahu. Tugas kita adalah menyukuri hidup itu sendiri. Sekalipun ujian dan cobaan terus menerus datang silih berganti. Semoga contoh naskah drama tentang kehidupan berikut ini dapat memberikan inspirasi.

Contoh Teks Drama Tentang Kehidupan


Tema: Kehidupan
Judul:Hidup itu Komedi
Karakter:

  1. Haikal
  2. Gio
  3. Keyla
  4. Fifi

SINOPSIS DRAMA

Keyla bersekolah di sekolah elit dan bergengsi, di mana para siswa nya adalah anak para konglomerat. Keyla sendiri bisa sekolah karena disekolahkan majikan tempat mamanya bekerja. Tak ayal, Keyla menjadi siswi yang kerap dibully, termasuk oleh Haikal. Tapi Keyla sama sekali tak bergeming. Karena yang ia inginkan hanyalah bersekolah dengan baik dan benar. Meski berprestasi dalam bidang puisi, Keyla tetap dibully. Suatu hari, Haikal bersyukur atas hidupnya seorang Keyla. Apa yang terjadi?

Dialog Naskah Drama

Terlihat suasana kelas yang nampak ramai karena jam kosong. Keyla sendiri sibuk tenggelam dalam buku tulis dan pensilnya. Ia menulis puisi. Tanpa disadarinya, Haikal merebut buku Keyla lalu membaca puisi itu keras-keras di dalam kelas.

Haikal : “Tidak butuh waktu lama untuk mematri namamu dalam otakku.”
Para siswa : “Eaaaaaa...”
Keyla : “Kembalikan!”

Keyla berusaha mengejar Haikal, tapi laki-laki itu justru berlari sambil terus membacakannya. Diikuti dengan teriakan para siswa yang terkesan mem-bully.

Haikal : “Aku tidak percaya, tapi ini terjadi.”
Para siswa : “Eaaaaaa...”
Keyla : “Apa yang kau lakukan, kembalikan!”
Haikal : “Rebut saja kalau bisa, kau pasti punya otot yang kuat untuk berlari, kau kan punya betis yang besar. Jangan sia-siakan kelebihanmu itu. Hahaha...”
Para siswa : “Hahaha...”
Fifi : “Kalian ini tidak punya perasaan. Keyla itu teman kita juga, sama seperti siswi yang lain!”
Haikal : “Enggak, dia beda! Dia punya betis besar!”
Fifi : “Haikal! Kamu pikir betismu itu tida besar?”
Para siswa : “Hahaha....”

Para siswa berbalik menertawakan Haikal. Fifi tersenyum puas. Keyla sendiri tidak berekspresi apa-apa.

Sementara itu, Gio terus memperhatikan Keyla. Sejak pertama bertemu, Gio tertarik dengan Keyla karena gadis itu unik. Ia terlihat cantik meskipun berdandan seadanya. Kebaikan Keyla juga perlahan membuat perasaan Gio berubah suka.

Malam harinya, Gio keluar tanpa Haikal dengan motor pribadinya. Ia ingin menikmati jajanan malam yang dijual di sekitaran monas. Lamat-lamat ia memperhatikan seorang gadis mengayuh sepeda, seperti menjajakan sesuatu. Setelah dilihat sungguh-sungguh, gadis itu adalah Keyla.

Keyla : “Bakpau...bakpau...! Bakpau-nya Bu, hanya lima ribuan. Masih hangat. Bakpau...!”

Gio tetap memperhatikan Keyla dari jauh, sampai gadis itu benar-benar mendekat ke arahnya. Keyla tidak menyadarinya, karena Gio berada di cahaya yang remang.

Keyla : “Bakpau hangat mas... ada isi strawberry, blueberry, atau cokelat...”
Gio : “Bakpau dua, blueberry.”
Keyla : “Siap dilayani.”

Keyla baru akan menyerahkan dua bakpau isi bluberry itu ketika tiba-tiba ia menyadari, orang di hadapannya itu adalah Gio. Buru-buru Keyla meletakkan lagi bakpaunya dan terlihat tergesa-gesa akan pergi.

Gio : “Jadi aku tidak beli?”

Keyla diam menatap Gio.

Gio : “Aku sama seperti pembeli yang lain, aku ingin makan bakpau.”

Dengan pelan akhirnya Keyla menyerahkan kembali dua bakpau yang beberapa saat lalu ia keluarkan dari keranjang. Diikuti dengan pemberian uang sepuluh ribuan oleh Gio.

Keyla : “Tidak perlu, makan saja.”

Keyla tersenyum tipis. Tapi Gio tetap menyerahkan uang itu.

Gio : “Aku bilang, aku seperti pembeli yang lain, aku juga ingin membayar bakpaunya.”

Keyla akhirnya menerimanya. Tapi setelah itu, Gio juga menyerahkan satu bakpau kepada Keyla. Dibalas tatapan bingung oleh Keyla.

Gio : “Makanlah, sekarang aku bukan pembeli lagi. Aku temanmu.”

Keyla menerimanya dengan wajah yang amat bingung. Lalu mengikuti Gio duduk di trotoar.

Gio : “Haikal memang seperti itu. Dia agak kekanakan. Suka jahil. Tapi sebenarnya dia anak yang baik, dan penurut pada orang tua.”

Keyla manggut pelan, lalu melotot ke arah Gio cepat.

Keyla : “Apakah ini sebuah perbaikan nama buruk?”
Gio : “Hahaha yang ada tuh pencemaran nama baik, bukan perbaikan nama buruk.”
Keyla : “Habisnya kamu terdengar seperti promosi Haikal.”
Gio : “Hahaha biar kamu tahu sisi lain dia.”

Keyla justru mengalihkan pembicaraannya.
Keyla : “Jangan bilang anak-anak kalau aku jadi penjual Bakpau.”

Keyla tersenyum sebentar.
Keyla : “Mereka sudah cukup membully ku karena aku anak pembantu, apa jadinya kalau mereka tahu aku juga penjual bakpau?”
Gio : “Aku tidak janji.”
Keyla : “Haha lucu sekali. Oke kalau gitu aku lanjutkan dulu, keburu bakpaunya dingin.”

Keyla beranjak dan mulai mengayuh sepedanya.
Keyla : “Makasih bakpaunya!”

Keesokan paginya, masih seperti biasa, Keyla memanfaatkan waktu luang untuk menulis puisi. Tapi lagi-lagi, Haikal merebut buku Keyla dan membaca puisi itu keras-keras.

Haikal : “Cahaya mentari memang terang. Saking terangnya, aku silau memperhatikannya. Tapi...”

Ternyata puisi tersebut terhenti, karena Keyla belum selesai menuliskannya.
Haikal : “Tapi apa ini?  Tapi aku tidak dapat melihatnya? Tapi apa?”
Para siswa : “Hahaha huuuu...”
Keyla : “Haikal, serahkan!”

Haikal tidak bergeming.

Keyla : “Haikal, jangan keterlaluan!”

Kali ini Keyla berani membentak Haikal untuk pertama kalinya.
Keyla : “Apa yang ingin kamu tertawakan dari hidup seseorang? Kamu pikir kamu puas setelah menertawakanku?”

Haikal diam mematung. Buku yang ia rebut dari Keyla tak sadar sudah ada di tangan Fifi. Ia memperhatikan Keyla yang kini meninggalkan ruang kelas.

Beberapa hari berikutnya, Keyla tak masuk sekolah. Berulang kali Haikal melirik bangku Keyla. Entah mengapa sejak kejadian kemarin itu, Haikal merasa sangat bersalah. Gio menyadarinya, ia kemudian berbisik pelan pada Haikal.

Gio : “Nanti malam, datanglah ke monas jika kau ingin menemuinya.”
Haikal : “Apa maksudmu?”
Gio : “Temui Keyla di sana jika kau ingin minta maaf.”
Haikal : “Kenapa harus di sana? Lagipula siapa yang ingin minta maaf?”

Gio tidak menanggapi. Ia justru sibuk mengeluarkan gadgetnya.

Malam itu pun tiba. Pada awalnya Gio mengacuhkannya, tapi kemudian ia berangkat juga ke monas.
Haikal : “Apa yang dilakukan gadis itu di monas?”

Tidak lebih dari satu jam, Haikal menemukannya. Keyla dengan semangat menjajakan bakpaunya. Ia mondar-mandir menawarkan kepada pengunjung. Haikal melotot.

Keyla : “Bakpau... bakpau...!”

Keyla mendekat ke arah Haikal. Tidak untuk menjual, tapi memberikan satu bakpau hangat isi cokelat yang baru ia keluarkan dari keranjang. Dari tempatnya duduk, Haikal masih terdiam.

Keyla : “Ayo makanlah...”
Haikal : “Kau... kau...”
Keyla : “Penjual bakpau juga?”

Keyla tersenyum sebentar.
Keyla : “ Iya. Dan aku siap jika kau ingin menertawakanku lagi.”

Haikal buru-buru menyanggah dengan mengibaskan kedua telapak tangannya.
Haikal : “Bukan... maksudku, kau tidak marah padaku?”

Keyla tersenyum lagi.
Keyla : “Lupakanlah... dan cepat makan, keburu dingin! Oiya, bagaimana sekolah? Apakah Pak Surya masih sering tidur di kelas? Hahaha dimaklumin aja, kali aja malam harinya beliau lagi repot.”

Haikal diam, tidak ikut tertawa. Karena ia masih bingung dengan suasana itu. Ia bahkan tak pernah bicara selembut dan sesopan itu pada Keyla. Tapi malam ini, Keyla justru mengajaknya bercanda.

Keyla : “Kau tidak tertawa?”

Mata Keyla menerawang.

Keyla : “Hidup kadang memang harus ditertawakan. Aku tidak akan bisa seceria ini, jika tidak berusaha menertawakan hidupku sendiri.”
Haikal : “Maafkan aku Key...”
Keyla : “Tenang saja, aku juga belajar banyak darimu. Jika hidup melulu adalah tregedi, maka sama sekali tidak ada celah untuk bisa disenyumin.”
Haikal : “Lalu?”
Keyla : “Hidup itu seperti komedi putar.”

Keyla berucap sambil menangis. Haikal memperhatikannya, tapi tak tahu bagaimana harus menghiburnya.
Haikal : “Aku minta maaf Key.”

Keyla menatap Haikal lekat, matanya masih berair.

Keyla : “Aku tidak menangis karena kamu. Aku menangis karena tidak bisa sekolah sementara ini.”
Haikal : “Kenapa?”
Keyla : “Karena aku harus menunggu mamaku di rumah sakit setiap hari. Selesi berjualan malam ini, aku juga harus kembali ke sana.”

Haikal memandang Keyla iba. Keyla sendiri mengusap air matanya kemudian tersenyum sebentar.
Keyla : “Jadi, apa kau ingin membeli semua bakpauku?”
Haikal : “Ha?”

Keyla tersenyum sambil menangis lagi.
Keyla : “Mana uangmu, aku yakin uangmu banyak. Borong semua bakpauku, dan bagikan ke seluruh keluargamu.”

Haikal tertawa mengiyakan, sambil mengeluarkan dompetnya. Tapi Keyla justru merebut dompetnya dan mengambil beberapa uang. Haikal tidak marah. Ia yakin, bahwa Keyla hanya butuh hiburan untuk menikmati komedi putarnya. Lagipula, ia juga tidak rugi apapun.

Keyla buru-buru meninggalkan tempat itu ketika selesai mengambil uangnya.
Keyla : “Makasih Kal.”
Haikal : “Oke... oiya Key...”

Haikal setengah berteriak, karena Keyla terus berjalan meninggalkannya.
Haikal : “Cahaya mentari memang terang. Saking terangnya, aku silau memperhatikannya. Tapi... tapi apa?”

Keyla juga membalas dengan berteriak.
Keyla : “Tapi, ada kalanya mentari juga meredup.”

Haikal memandangi punggung Keyla dengan ribuan kalimat di otaknya. Bersyukur karena ia hidup sangat layak, tidak seperti Keyla. Mengagumi Keyla karena kekuatan hatinya. Juga kalimat-kalimat menghujat dirinya sendiri, menyesal karena sudah membuat hari-hari Keyla redup.

Simak juga contoh drama berikut ini:


Demikian contoh naskah drama singkat tentang kehidupan, semoga menginspirasi Anda. Temukan berbagai macam referensi skrip drama dengan aktif mengunjungi blog ini. Kami mempublikasikan kumpulan naskah drama lengkap yang dapat Anda jadikan sebagai bahan pembelajaran.

0 Response to "Contoh Naskah Drama Tentang Kehidupan"

Posting Komentar