Contoh Naskah Drama Tentang Cinta 'Akhirnya Kita Dipertemukan'

Naskah Drama Tentang Cinta - Don’t judge the book by the cover. Itu mungkin pepatah yang cocok dengan topik contoh naskah drama ini. Kita tidak bisa menilai seseorang dari luar saja. Karena barangkali yang di dalamnya jauh lebih mengejutkan. Berikut ini merupakan contoh naskah drama tentang cinta. Semoga menjadi inspirasi.

Tema: Cinta


Judul:Akhirnya Kita Bertemu


Pemeran:  4 Orang


Penokohan:

  1. Ara
  2. Elang
  3. Didi
  4. Jerry


SINOPSIS DRAMA


Pada saat SMA, Ara adalah gadis udik dari desa dan lugu di kelas Elang. Sedangkan Elang sendiri adalah murid yang baru satu semester sekolah di sana dan sudah menjadi anggota tim basket sekolah. Tidak ada yang tidak mengagumi Elang, karena selain fisik yang tampan, ia juga berprestasi dan terkenal. Elang memang tidak ikutan membully Ara, tapi ia sama sekali tak membela jika gadis itu dibully, Elang bahkan tak peduli sama sekali. Baginya, tidak ada nama Ara dalam kamus kesehariannya. Suatu hari, Elang bertemu dengan Ara dengan penampilan yang amat berbeda.

Teks Dialog Drama


Suasana koridor sekolah Ara mendadak meriah dengan kedatangan tim basket sekolah yang baru saja memenangkan kejuaraan tingkat kota. Terlihat beberapa siswi mengucapkan selamat kepada masing-masing anggota tim termasuk pada Elang.

Siswi 1 : “Selamat ya Lang, loe emang hebat.”
Siswi 2 : “Jangan lewatkan jadi juara di pertandingan berikutnya.”
Elang : “Makasih, makasih semuanya.”

Elang dan teman-teman anggota tim basketnya melewati Ara yang saat itu ikut memberinya selamat. Gadis itu terlihat amat lugu dengan penampilannya.

Didi : “Wuisss, gile tu si udik. Ternyata minat juga ngasih selamat buat kita.”
Jerry : “Yaelaa dia juga manusia kali, loe kira ikan ngambang di laut?”
Didi : “Haha sialan lu, ngatain itu namanya!”
Jerry : “BTW, itu anak dari mane sih, beda banget ama kita-kita?”
Didi : “Tau. Tanya tuh si Elang, teman sekelasnya kan?”
Elang : “Gue nggak tahu.”
Dedi : “Loe nggak perhatian banget Lang. Perhatian dikit nape?”
Jerry : “Hahaha kambing loe. Mana mungkin si Elang repot-repot merhatiaan si udik. Mendingan merhatiin kita-kita, ditraktir apa gitu. Ehm...”

Sesampainya di kelas, Elang langsung menuju bangkunya dan menyandarkan kepalanya di bangku. Jam kosong membuatnya mengantuk. Tapi samar-samar ia masih denger bisikan siswa-siswi lain. Masih saja Ara yang jadi bahan pembicaraan.

Siswi 1 : “Eh denger berita soal Ara kemaren nggak?”
Siswi 2 : “Ya denger lah. Yang waktu si Ara pake sepatu sepak bola ke sekolah itu kan? Aduh bisa-bisanya. Jangan-jangan dia mau sepak bola pake rok? Hahaha...”
Siswi 1 : “Eh bukaaan... bukan yang itu. Ada yang lebih baru lagi.”
Siswi 2 : “Apa? apa?”
Siswi 1 : “Kemaren itu dia masuk toilet cowok!”
Siswi 2 : “What? Oh My God! Ngapain juga? Dia nggak bisa ngebedain tanda toilet cewek sama cowok?”
Siswi 1 : “Emang kepengen ngintip kali!”
Siswi 2 : “Hahaha trus trus nasib dia gimane?”
Siswi 1 : “Untung aje, cuman temen sekelas kita, si Andre yang tahu. Coba aja kalo yang liat siswa kelas lain. Malu deh gue punya temen sekelas sama dia.”

Elang mendongakkan kepalanya. Merasa tidak bisa tidur karena suara bisikan mereka amat kencang. Ia melirik ke arah Ara sebentar, di bangku sebelah kirinya. Elang yakin, gadis itu sudah pasti mendengarnya. Tapi sepertinya si Ara juga tidak peduli sama sekali. Dia malah keasyikan baca komik sambil senyum-senyu sendiri. Entah dia nggak peduli, atau malah nggak dengar? Elang tidak peduli.

Keesokan harinya, masih sama saja. Ara masih jadi pembahasan utama di kelas Elang. Elang merasa risih, tapi yang dijadikan topik pembicaraan malah terlihat santai-santai dan lempeng saja.

Elang : “Eh, kalian itu kerjanya cuman bikin gosip! Gue nggak bisa tidur nih.”
Siswi 1 : “Ups si Elang. Eh siapa yang gosip Lang, ini mah fakta. FAKTA! si Ara hari ini sekolah pake sepeda ontel! Bayangkaaan... mendingan jalan kaki aja!”
Siswi 2 : “Iye bener. Malu-maluin aja.”
Elang : “Gue nggak peduli, mau dia jalan kaki, mau dia ngonthel! Terserah! Gue cuman risih sama bisikan-bisikan kalian.”

Elang lalu melirik ke arah Ara tajam. Tapi seperti yang ia duga, gadis itu bahkan tak menoleh sama sekali. Padahal ia hanya memegang pensil dan buku tulis.

Di tahun-tahun berikutnya, setelah lulus sekolah, Elang sudah tidak pernah bertemu lagi dengan Ara. Sampai saat ini, ia bahkan tak tahu siapa nama lengkap Ara. Suatu pagi yang cerah, Elang tidak biasanya tiba-tiba ingin pergi berlibur ke rumah sepupunya, Gina, di Bandung.

Elang : “Wow, secerah ini Bandung. Nggak rugi dah gue ke sini.”
Gina : “So pasti. Kalo di Bandung, nggak usah pake loe gue loe gue... nggak cocok!”
Elang : “Haha sorry. Btw hari ini kamu mau ngajakin aku kemana?”
Gina : “Mall aja gimana?”
Elang : “Mall? Udah biasa di Jakarta. Yang unik dikit lah.”
Gina : “Yaudah ke kafe aja. Ini kafe aku jamin uniknya. Dan makanannya luar biasa enaknya. Rugi ke Bandung kalo nggak mampir ke kafe ini.”
Elang : “Uniknya kayak apa, sampe ngomongnya bangga kayak gitu.”
Gina : “Udeh, cabut aja. Eh bentar... aku telepon sohibku dulu.”

Gina kemudian merogoh tas, dan mengambil HP.
Gina : “Halo, eh kamu di rumah kan?
Oke, oke, ikut aku ya, satu jam lagi, aku jemput bareng sepupuku. Kita ke kafe biasanya ya.”

Tidak lebih dari satu jam, mobil Elang sudah sampai di depan rumah teman Gina yang kalau dilihat-lihat, tergolong mewah. Dari balik jendela moblinya, Elang melirik, seorang gadis amat cantik keluar dari pintu gerbang menjulang. Elang mencuri pandang lagi.

Gadis itu mengenakan terusan rok lipit warna krem selutut berlengan pendek, dipadu dengan sepatu flat warna senada. Rambutnya kemerahan karena sedikit diwarnai. Kulitnya putih mulus. Lama-lama Elang tertarik untuk terus melihatnya.

Gina : “Jangan melirik mulu. Dia mah emang cantik. Kalo naksir bilang aja, nggak usah pake nyuri pandang.”

Elang nyengir.

Sampai di kafe, gadis itu duduk tepat di hadapan Elang. Denga ekspresi terkejut, ia menatap Elang lekat.

Ara : “Elang? Kamu Elang kan?”

Gina bengong, sementara Elang celingukan. Antara bingung dan salah tingkah, kenapa gadis itu mengenalnya.

Ara : “Aku Ara. Ara teman sekelasmu dulu.”

Elang membelalakkan matanya. Jika dilihat lebih dekat, gadis di hadapannya itu memang mirip dengan si Ara yang udik itu.

Gina : “Hohoho... jadi kalian sudah saling kenal.”
Elang : “Beneran si Ara?”
Ara : “Iya, bener. Soal masa laluku itu, ceritanya panjang. Tapi yang jelas, ini aku yang sebenarnya.”
Elang : “Oh...yaya...”

Elang asih nampak kebingungan, karena penampilan Ara benar-benar berbeda.

Ara : “Oke oke, waktu SMA aku memang sengaja menyamar. SMP, aku sekolah di Bandung. Barengan juga sama si Gina. Jadi dia tahu aku dari dulu. Nyampe Jakarta, aku sengaja menyamar.
Gina : “Iya, aku tahu soal itu. Ara dulunya kapten Cheers sekolah. Jadi super banyak banget yang kagum atau naksir. Dia jadi risih. Makanya waktu SMA dia memutuskan buat nyamar.”
Elang : “Oh... gitu ceritanya. Aku tidak menyangka.”
Gina : “Eh Ra, jangan-jangan si Elang ini yang sering kamu ceritakan sebagai cowok cakep di kelasmu itu.”

Buru-buru Ara menutup mulut Gina dengan paksa. Di hadapannya, Elang terlihat tersenyum.

Gina : “Kenape om senyum-senyum sendiri?”
Elang : “Nggak papa, akhirnya kita bertemu aja.”

Kali ini giliran Elang yang melirik Ara.

Drama Percintaan - SELESAI

Jangan lewatkan juga contoh naskah drama singkat berikut ini:



Demikian, semoga artikel contoh dialog drama pendek diatas bermanfaat.

0 Response to "Contoh Naskah Drama Tentang Cinta 'Akhirnya Kita Dipertemukan'"

Posting Komentar